DokterSehat.Com – Rokok sudah menjadi masalah
klasik di Indonesia, bahkan dunia. Diperkirakan, terdapat 2,5 milyar perokok di
dunia dengan dua pertiganya berada di negara berkembang. Indonesia sendiri
menduduki peringkat ketiga dari 10 negara dengan tingkat perokok tertinggi di
dunia, setelah Cina dan India. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007
menunjukkan prevalensi perokok aktif pada kelompok dewasa di Indonesia adalah
46,8% laki-laki dan 3,1% perempuan. Sedangkan prevalensi perokok usia remaja
13-15 tahun sebesar 29,3% laki-laki dan 1,9% perempuan menurut Global
Youth Tobacco Survey tahun 2006.
Laporan WHO tahun 2009 yang berjudul The Global Toabacco Epidemic menyebutkan
rokok tembakau diperkirakan turut menyebabkan kematian lebih dari 5 juta orang
tiap tahunnya di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara-negara dengan
pendapatan perkapitan rendah hingga sedang. Bila hal ini berlanjut,
diperkirakan pada 2030 rokok membunuh lebih dari 8 juta orang pertahun.
Ditekankan dalam laporan tersebut, rokok yang dibakar membahayakan tak hanya
perokok tetapi juga orang di sekitarnya yang menjadi second-hand smoker.Penelitian
oleh Susanna dkk pada tahun 2003 menyebutkan kadar nikotin dalam asap rokok
yang dihembuskan memiliki kadar nikotin 4-6 kali lebih tinggi dibandingkan yang
dihisap oleh perokok.
Untuk mengatasai masalah rokok yang mendunia, WHO terus mendorong
masyarakat untuk berhenti merokok atau mengurangi bahaya tembakau dengan
berbagai metode, salah satunya dengan Nicotine Replacement Therapy(NRT).
Bahan terpenting pada rokok adalah tembakau, sedangkan sisanya ditambahkan
untuk memberikan rasa tertentu. Tembakau mengandung nikotin yang merupakan
alkaloid alam cair, tidak berwarna, mudah menguap, dan mampu menembus sawar
darah otak. Kadar nikotin dalam tembakau yang hanya sebesar 1-2% memiliki sifat
toksik dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Tembakau yang dibakar akan mengeluarkan kurang lebih 4000 senyawa kimia, 50
di antaranya merupakan karsinogen dan 400 lainnya termasuk golongan racun,
seperti tar, karbon monoksida, formaldehid, amonia, hidrogen sianida, dan DDT.
Efek pembakaran tembakau sering dikaitkan dengan gangguan kesehatan. Banyak
program yang telah diberlakukan di Indonesia untuk membatasi rokok, misalnya
zona bebas asap rokok, namun hasilnya belum memuaskan. Sebuah penelitian yang
dilakukan di 4 negara pada populasi merokok yang berniat berhenti merokok,
didapatkan hanya 52% subjek yang bertahan hingga akhir. Hal ini menunjukkan
ketergantungan nikotin sulit diatasi.
Nicotine Replacement Therapy(NRT) – terapi pengganti nikotin,
merupakan metode yang menggunakan suatu alat untuk memberikan nikotin yang
diperlukan perokok tanpa melalui proses pembakaran tembakau yang merugikan. Di
samping itu NRT juga sering digunakan dalam program berhenti merokok untuk
mencegah withdrawal effect nikotin dengan cara menurunan dosis
nikotin secara bertahap. Beberapa NRT yang telah beredar dan dikenal luas
berbentuk permen karet, inhaler, tablet hisap nasal spray, dan skin
patch.Tahun 2004, rokok elektronik atau yang disebut oleh WHO sebagai Electronic
Nicotine Delivery System(ENDS) diluncurkan dan menjadi primadona di antara
NRT. Hal ini dikarenakan bentuk dan cara pemakaiannya yang mirip dengan merokok
namun tanpa pembakaran tembakau sehingga menimbulkan sensasi yang merokok pada
penggunanya.
ENDS terdiri dari 3 bagian: baterai atomizer (bagian yang memanaskan
dan menguapkan larutan nikotin), dancartridgeyang berisi larutan
nikotin. Cara penggunaan ENDS seperti merokok biasa, saat dihisap, lampu
indikator menyalas serupa api di ujung rokok, hisapan akan mengaktifkan baterai
untuk memanaskan larutan nikotin dan menghasilkan uap yang akan dihisap
pengguna.
Pada awal kemunculannya ENDS dianggap aman karena tidak mengandung tar,
tembakau, dan zat-zat toksik lain yang umum terdapat akibat pembakaran rokok
tembakau. Rata-rata hisapan ENDS setara dengan 3,36 mg nikotin per hari, jauh
lebih rendah dari rokok tembakau yaitu 14-21 mg. Polisiklik Hidrokarbon
Aromatik (PHA) dalam ENDS kadarnya juga sangat rendah dan tidak dapat diukur,
berbeda dengan tembakau. PHA merupakan senyawa yang ditemukan pada asap rokok
tembakau dan sering dikaitkan dengan kejadian kardiovaskular.
Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat penurunan kadar nikotin
setelah 10 hisapan sehingga pengguna tetap merokok tembakau untuk
mengkompensasi kebutuhan nikotin yang tidak terpenuhi. Akibatnya, pengguna
tetap terpajan zat toksik dan karsinogen. Penelitian yang diprakarsai FDA pada
2009 menunjukkan bahwa ENDS mengandung tobacco spesific nitrosamines(TSNA)
yang bersifat toksik dan diethylene glycol(DEG) yang merupakan zat
karsinogen. FDA kemudia mengeluarkan peringatan zat toksik dan karsinogen dalam
ENDS. Penelitian lain yang didanai oleh produsen ENDS menunjukkan bahwa TSNA
dan DEG dalam ENDS kadarnya sangat rendah. Selain itu, TSNA ternyata juga
ditemukan para produk NRT lain yang mendapat pengakuan FDA, Nicoderm skin
patch dan Nicorettegum.Penelitian lain yang bertujuan embandingkan
ENDS merek satu dan lainnya menemukan bahwa tidak semua ENDS membeikan hasil
yang sama sehingga diperlukan pengujian tiap merek untuk mendapatkan hasil
objektif.
Hingga saat ini, ENDS atau rokok elektronik belum dapat dinyatakan aman
digunakan sebagai alternatif untuk mengurangi efek merugikan dari rokok
tembakau. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang
objektif.
sumber : http://doktersehat.com/pro-dan-kontra-rokok-elektronik-ends/
No comments:
Post a Comment